Orang-orang yang Dicintai Allah [1]: Al Muttaqin (Orang-orang yang Bertakwa)

إِنّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَّالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Qs. An-Nahl: 128)

Dalam kitab Nahjul Balaghah Imam Ali Amirul Mu’minin menyampaikan sebuah khutbah yang dikenal dengan khutbah Hammam, Hammam adalah salah seorang sahabat beliau yang  dikenal sebagai seorang yang zuhud dan ahli ibadah, diceritakan bahwa ia meminta kepada Imam as. agar menyifati orang-orang yang bertakwa untuknya, dalam memberikan penjelasan Imam as. mencukupkan dengan menyebutkan sebuah ayat Al-Quran, beliau berkata:

اِتَّقِ اللهَ وَ أَحْسِنْ إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Bertakwalah kemu dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”.[1]

Namun Hammam meminta Imam as. untuk memberikannya penjelasan yang lebih rinci, sehingga beliau menyampaikan sebuah khutbah yang menyifati tentang orang-orang yang bertakwa (selanjutnya akan disebut dengan muttaqin – red) yang jumlahnya lebih dari seratus sifat muttaqin. Jawaban singkat beliau sebelumnya dengan hanya menyebutkan satu ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ayat Al-Quran itu adalah ayat yang singkat namun mencakup seluruh sifat muttaqin.

Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Allah akan senantiasa bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik. Jelas bahwa kebersamaan Allah dengan orang-orang ini menunjukkan kecintaan-Nya kepada mereka, karena Allah tidak akan mungkin rela bersama orang-orang yang Dia murkai.

Hakikat Ketakwaan

Para ulama’ terkemuka menyebutkan bahwa takwa memiliki tiga tingkatan:

  • Penjagaan jiwa dari siksaan yang abadi dengan cara mendapatkan keyakinan-keyakinan yang benar
  • Menjauhi semua dosa, dan ini lebih komplit dari sekedar meninggalkan kewajiban dan melakukan kemaksiatan
  • Bersabar atas sesuatu yang merusak hati dan memalingkannya dari kebenaran, dan ini adalah jenis takwa yang paling khusus.[2]

Takwa adalah menjaga jiwa dari sesuatu yang mendatangkan dosa dengan meninggalkan apa yang telah dilarang bahkan beberapa begian dari yang telah dimubahkan. Ketakwaan merupakan kekuatan yang berada pada jiwa yang akan menjaga pemiliknya agar tidak terjatuh pada kesalahan dan dosa. Sedangkan perbuatan yang ada di luar itu adalah efek dari ketakwaan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa al-Quran telah menjadikan ketakwaan sebagai kemuliaan terbesar dan menganggapnya sebagai tolok ukur untuk mengetahui nilai kemuliaan seseorang.

Dan dalam kondisi lain menganggapnya sebagai bekal terbaik untuk akhirat, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa

Dan dalam surat al-A’raf ayat 26 Allah SWT menyebutnya sebagai pakaian:

وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik”

Terkadang al-Quran menyandingkan takwa dengan kebaikan, sebagaimana disebutkan:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (QS. al-Maidah: 2)

Dalam surat al-Hujurat ayat 3, al-Quran memberikan isyarat yang mengungkapkan tentang hakikat ketakwaan, dan Allah juga menyebutkan dalam banyak ayat bahwa hati adalah tempat dari ketakwaan.

أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى

“Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa”

Dan al-Quran juga menjadikan takwa sebagai lawan dari keburukan, sebagaimana kita dapati dalam ayat 8 surat as-Syams:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”

Al-Quran menganggap bahwa setiap amalan yang bersumber dari keimanan, keikhlasan dan niat yang benar, sebagai landasan dari ketakwaan, sebagaimana ia menyifati masjid Quba di Madinah ketika orang-orang munafik membangun masjid Dhirar untuk menjadi lawannya. Pada surat at-Taubah ayat 108 disebutkan:

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya”

Dari keseluruhan ayat-ayat ini, bisa kita simpulkan bahwa ketakwaan adalah sesuatu yang mendorong manusia untuk menjauhi keburukan dan mengajaknya untuk beramal baik dan membersihkan perbuatan-perbuatan mereka dari kotoran-kotoran serta menjadikan niat dan pemikiran menjadi bersih dari jenis kotoran apapun. Dan ketika kita kembali pada sudut pandang bahasa dari kata takwa, kita juga akan sampai pada hasil yang serupa, karena taqwa terbentuk dari kata wiqayah yang artinya adalah usaha untuk menjaga sesuatu. Berarti takwa adalah menjaga jiwa dari segala jenis kotoran dan memfokuskannya pada hal-hal yang mendatangkan keridhaan Allah SWT.

[1] Tafsir Al-Amtsal, Jilid 8

[2] Bihar al-Anwar juz 70, hal. 126

Pos ini dipublikasikan di Kajian Qur'ani, Tafsir Tematik. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Orang-orang yang Dicintai Allah [1]: Al Muttaqin (Orang-orang yang Bertakwa)

  1. Abdul berkata:

    Syukron… uraian menarik

    Suka

Tinggalkan komentar