4 Prinsip Keselamatan dari Kerugian Besar Dalam Surah Wal ‘Ashri

4 Prinsip Keselamatan dari Kerugian Besar Dalam Surah Wal ‘Ashri

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

وَ الْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسانَ لَفي‏ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ وَ تَواصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَواصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugianKecuali  orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

 Surah Wal ‘Ashri Kongklusi Ajaran Al Qur’an

Surah Wal ‘Ashri yang hanya terdiri dari tiga ayat pendek telah meringkas seluruh ma’ârif/ilmu dan ajaran Al Qur’an dan merangkum total tujuan Al Qur’an dengan redaksi singkat namun padat.

Surah itu diawali dengan sumpah, qasam: ‘Demi masa.’  Allah SWt bersumpah demi masa. Denan memperhatikan dua ayat lanjutannya yang menegaskan bahwa seluruh manusia benar-benar dalam kerugian kecuali mereka yang mengikuti kebenaran dan konsisten bersabar atasnya yaitu kaum Mukminin yang beramal shaleh dapat difahami bahwa masa itu yang dimaksud adalah masa Nabi Muhammad saw yaitu masa kemunculan Islam dan terbitnya matahari kebenaran.[1]

Dan dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa yang dimaksud dengannya adalah masa kemunculan Imam Mahdi yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya akan memimpin dunia dan membawanya kepada kejayaan kebenaran secara absolut. Dengan kehadirannya menegakkan keadilan sempurnalah kejayaan kebenaran atas kebatilan.[2]

Setelah bersumpah dengan masa, surah tersebut melanjutkan apa yang menjadi obyek sumpah:

إِنَّ الْإِنْسانَ لَفي‏ خُسْرٍ

Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.”

Yang dimaksud dengan kata: الْإِنْسانَ/insân adalah sepsis manusia, seluruh manusia. Sedangkan kata: خُسْرٍ/khusrin, adalah berkurangnya modal/merugi.

Bacaan tanwîn  pada kata: خُسْرٍbisa jadi menunjuk kepada makna besar/agung, ta’dzîm. Bahwa kerugian itu adalah kerugian yang sangat besar. Bagaimana tidak? Modal awal manusia berupa umur berlalu dengan begitu cepat, setiap hari modal kita berkurang, yang apabila tidak diisi dengan keimanan dan amal shaleh tentu kita akan berada dalam kerugian yang nyata. Sementara, apabila kita isi dengan keimanan dan amal shaleh ia akan menjadi tiket meraih kebahagiaan abadi di kehidupan akhirat nanti.

Atau ia menunjuk kepada makna ragam/jenis tertentu. Kerugian yang yang dimaksud bukanlah kerugian harta dan materi, atau kerugian hilangnya kedudukan sosial dan jabatan. Tetapi ia adalah kerugian maknawi yang hakiki. Kerugian masa depan yang abadi.

Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّ الْخاسِرينَ الَّذينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَ أَهْليهِمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ أَلا ذلِكَ هُوَ الْخُسْرانُ الْمُبينُ

“Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.(QS.Az Zumar;15)

Ada seorang ulama yang mengambil pelajaran besar tentang surah ini dari seorang penjual es batu, di mana ia menjajakan dagangannya dengan suara keras, ‘Kasihanilah pegadang yang modalnya akan segera mencair! ‘Kasihanilah pegadang yang modalnya akan segera mencair! Maka ia pun sadar bahwa modal kita setiap hari mencair dan hilang…

Tentu, dalam pandangan Islam, kehidupan ini adalah arena berlomba… ia bagaikan pasar, di dalamnya ada yang meraup keuntungan, da nada pua yang mengalami kerugian. Imam Ali bin Muhammad al Hadi [Imam Kesepuluh Syi’ah] as bersabda:

الدُّنْيا سُوْقٌ رَبِحَ فِيْها قَوْمٌ وَ خَسِرَ آخَرُوْنَ.

“Dunia ini adalah pasar, di dalamnya sebagian kaum beruntung dan yang lain ada yang merugi.”[3]

***  ***  ***

Dan tidak dikecualikan dari kerugian besar itu kecuali:

 إِلاَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ وَ تَواصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَواصَوْا بِالصَّبْرِ

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.”

Mereka yang dikecualiakn itu adalah orang-orang yang menyandang keimanan dan beramal shaleh. Hanya mereka yang akan selamat dari kerugian basar tersebut. Dengan kata lain, tidak ada yang bisa menyelamatkan manusia dari kerugian besar itu dan merubahnya menjadi keberuntungn besar kecuali keimanan dan amal shaleh.

Manusia Diciptakan UntukKehidupan Yang Abadi


Al Qur’an menerangkan bahwa manusia diciptakan untuk hidup abadi. Kehidupan yang tidak akan berakhir dengan kamatian. Kematian tidak lain adalah proses perpindahan dari sebuah rumah ke rumah lain. Dan di antara fase keabadian kehidupan manusia adalah apa yang ia temph dalam kehidupan dunia yang singkat ini. Dan kehidupan dunia ini adalah panggung ujian, yang akan menentukan fase lanjutan kehidupannya, yaitu kehidupan akhirat yang kekal abadi… apakah ia kebahagiaan atau kesengsaraan.

 

Allah berfirman:

وَ مَا الْحَياةُ الدُّنْيا فِي الْآخِرَةِ إِلاَّ مَتاعٌ

“padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (QS. Ar Ra’du;26)

Dan:

كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ وَ نَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَ الْخَيْرِ فِتْنَةً وَ إِلَيْنا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya’:35)

Kehidupan akhirat dibangun atas kehidupan dunia dengan keyakinan dan amal shaleh. Keimanan yang benar dan amal kebajikan akan menetukan kebahagiaan di akhirat. Sebagaimana kekafiran dan kafasikan adalah penentu kesengsaraan dan kebinasaan.

Semua, manusialah yang menetukan pilihannya. Dialah yang menentukan model kehiduapan akhiratnya. Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَ مَنْ أَساءَ فَعَلَيْها وَ ما رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبيدِ

“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (QS. Fushshilat;46)

Dalam banyak ayat, Allah menemakan apa yang akan diterima manusia di akhirat sebagai jazâ’/ balasan dan ajr/upah.

Jadi jelaslah bahwa kehidupan adalah modal manusia, dengannya ia meraih apa yang akan ia hidupi di kehidupan akhiratnya. Apabila ia mengikuti al Haq/kebenaran mutlak dalam akidah dan beramal shaleh maka ia telah beruntung perniagaannya dan perolehannya diberkahi, dan ia pun selamat dari keburukan di masa depannya. Tetapi apabila ia mengikuti kebatilan dan berpaling dari keimanan dan amal shaleh maka perniagaannya merugi dan ia terhalang dari meraih kebaikan di akhiratnya. Itulah yang ditegaskan dalam ayat:

إِنَّ الْإِنْسانَ لَفي‏ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ

Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugianKecuali  orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.”

Tentu yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada Allah SWT. Dan konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beriman kepada seluruh rasul yang telah Ia utus dan juga beriman kepada hari pembalasan… hari kiamat. Al Qur’an telah menegaskan bahwa siapa yang tidak beriman kepada sebagian rasul utusan Allah [walaupun ia beriman kepada sebagian yang lain], atau tidak beriman kepada Hari Akhir [walaupu ia beriman kepada Allah dan para rasul-Nya] maka ia bukanlah orang beriman!

Dzahir ayat:

وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ

dan mengerjakan amal saleh.”

Adalah total amal shaleh, bukan hanya ibadah/ ritual semata. Tidk hanya berinfak, dan tidak juga jihad fi Sabilillâh, di jalan Allah. Tidak hanya mencukupkan diri dengan menuntut ilmu agama dan mengajarkannya. Tetapi seluruh amal shaleh yang dapat meingkatkan kualitas iman dan mutu jiwa, dan mendekatkan diri hamba kepada Allah. Hal itu difahami dengan disebutkannya kata shâlihât dalam bentuk jamak dan dihiasi ddngan huruf alif dan lâm: الصَّالِحات yang memberi maknaumum dan syumûl/ mencakup.

Sebab keimanan bukan terbatas pada pemikiran ancih yang beku dan bertengger di sebuah sudut akal. Keimanan bukan sekedar keyakinan yang tidak berpengaruh. Keimanan adalah akidah yang membentuk pila pikir dan prilaku manusia, dan membuka cakrawala luas. Pendek kata keimnanan akan membentuk keberadaan manusia dalam model hidup indah yang indah dan bermanfaat.

Karenanya orang yang fasik dari kalangan kaum Mukminin yang meninggalkan sebagian amal shaleh tidak dikecualikan dari kerugian besar itu. Kerugian itu itu bersifat umum, ia bisa bersifat kerugian total seperti yang diamali orang-orang kafir yang menetang kebenaran, di mana ia akan dikekalkan dalam siksa neraka. Atau kerugian pada sisi tertentu dari kehidupannya, seperti orang fasik yang akan disiksa dalam neraka tetapi ia tidak akan dikekalkan. Siksa atasnya akan berakhir dan ia pu dipindh ke dalam surga… bisa dengan syafa’at Nabi dan para imam serta para pemberi syafaat lain, atau dengan sesuatu lain.

Dalam Al Qur’an kita menemukan bagaimana dalam banyak kali, ketika Allah SWT menyebut iman, Allah SWT menggandengkannya dengan amal shaleh.

Inilah dua prinsip dasar keberuntungan manusia.

Dan karena keimanan dan amal shaleh tidak akan dapat bertahan dan lenggeng kecuali dalam sebuah gerakan masyarakat yang penuh semangat mengajak kepada pengetahuan dan keimanan, di satu sisi. Dan mengajak kepada berhias diri dengan kesabaran dan keuletan dalam garis istiqâmah, maka dua prinsip di bawah ini menjadi sangat penting.

*** ***  ***

Adapun ayat terakhir yang menyebutkan dua prinsip lain yaitu:

وَ تَواصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَواصَوْا بِالصَّبْرِ

“Dan saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Dua prinsip di atas adalah penjabaran dari dua prinsip dasar pertama … keduanya disebutkan secara khusus mengingat pentingnya.

Kata: تَواصَوْا بِالْحَقِّ/saling nasihat menasihati dengan kebenaran

Seperti telah disinggung bahwa prinsip: وَ تَواصَوْا بِالْحَقِّ/“Dan saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran.Pada hakikatnya adalah bagian dari amal shaleh. Tetapi ia disebutkan secara khusus di sini mengingat pentingnya hal itu. Yang demikian dalam kaidah Sastra Arab dikenal dengan istilah: Dzikrul Khâsh ba’da ‘Âm/menyeut yang khusus setelah menyebut yang khusus. Dan di antara nuktah sastra dari gaya baasa seperti itu adalah menekankan nilai penting dalam individu khusus yang disebutkan setelah yang umum. Seakan ia mengatakan bahwa di antara amal shaleh yang penting untuk memjaga dan mempertahankan keimanan dan semangat amal shaleh adalah semangat saling menasihati… saling menyampaikan pesan-pesan kebenaran, nilai-nila Tauhid, keadilan, kejujuran, dan semua kebenaran Agama. Karena secara bahasa arti kata al haq adalah kesesuaian dengan fakta.

Dan kerana dalam menjalankan dan berpegang teguh dengan kebanaran butuh keuletan, ketabahan dan kessabaran, maka prinsip keempat dating menyulus sebagai penyempurna.

وَ تَواصَوْا بِالصَّبْرِ

“Dan saling nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Saling mengingatkan agar tetap bersemangat dan konsisten di atas jalan kebenaran….

Sebagaimana potongan ayat yang memuat prinsip ketiga yaitu “saling menasihati dengan kebenaran” adalah bagian dari amal shaleh yang disebutkan secara khusus dan terpisah karena ada nilai penting di dalamnya. Demikian juga dengan potongan akhir ayat ini yang memuat prinsip: “Dan saling nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran pada dasarnya ia adalah bagian dari saling menasihati dalam kebenaran. Di sini, ia disebutkan secara khusus dan terpisah dan dengan mengulang kalimat perintah: تَواصَوْا/saling nasihat menasihati, sebagai bentuk perhatian besar akan pentingnya prinsip ini.

Ringkas kata, disebutkannya dua prinsi terakhir ini [prinsi ketiga dan keempat] setelah menyebutkan dua prinsip dasar yaitu beriman dan beramala shaleh pada dasarnya ingin mengisyaratkan bahwa mereka adalah para pemilik hati yang hidup dan berbuka serta penuh semangat untuk kejayaan Islam, sehingga mereka tidak hanya berhenti pada memikirkan diri mereka sendiri. Tetapi kejayaan kebenaran menjadi perhatian serius mereka.

Pada bagian akhir ini, kata sabar disebutkan secara terbuka.. tidak dibatasi pada hal tertentu, sehingga tidak salah apabila kita memahami bahwa yang dimaksud adalah bersabar dalam menjalankan ketaatan, bersabar dalam menahan diri dari menerjang maksiat dan betsabar dalam menghadapi mushibah, bencana dan ujian hidup yang telah dirancang berdasarkan takdir dan qadhâ’/ketetapan Allah.

Penutup

Dari surah pendek ini kita dapat memahami bahwa empat prinsip ini adalah jaminan keselamatan dari kerugian besar, dan dengan mengamalkannya kaum Muslimin pasti aka Berjaya dan bendapat keberuntungan besar.

Ya Allah anugerahkan kami kesabaran dan istiqâmah, serta semangat menegakkan saling menasihati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.

Ya Allah, semua kami dalam kerugian.. kecuali jika Engkau kuatkan kami menegakkan empat prinsip yang Engkau tetapkan, karenanya, kuatkan kami menegakkan empta prinsip keberuntungan yang Engkau titapkan.

Âmîn ya Rabbal ‘Âlamîn.

_____________

[1] Dan ada yang mengatakan bahwa yang di maksud adalah waktu ‘Ashar [sore] di mana ia menunjukkan pengaturan Allah atas alam semesta. Ada pula yang mengatakan yang dimaksud adalah seluruh masa sepanjang kehidupan manusia di atas bumi. Allahu A’lam.

[2] Tentagkemunculan Imam Mahdi di akhir zaman untuk memimpin dunia dan menegakkan keadilan telah disepakati umat Islam berdasarkan hadis-hadis yang pasti. Bahkan tidak hanya umat Islam yang meyakini kemunculan juru selamat di akhir zaman, para pengikut agama-agama samawi selain Islam pun mempercayainya.

[3] Tuhaful ‘Uqûl:361.

Pos ini dipublikasikan di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar