Keindahan Susunan dan Keserasian Ayat-ayat Surah Al Fatihah

Keindahan Susunan dan Keserasian Ayat-ayat Surah Al Fatihah

Susunan ayat-ayat dalam surah Al Fatihah ini memiliki keindahan keserasian yang luar biasa. Para ulama telah banyak mengungkapkan sisi keindahan dan keserasian itu. Di antaranya adalah apa yang dijelaskan Syeikh ath Thabarsi dalam tafsir Majma’ al Bayân-nya. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tartibi | Meninggalkan komentar

Intisari Kandungan Surah Al Fatihah

Garis-garis Besar Kandungan Surah Al Fatihah[1]

Sebelum kita memasuki tafsir Surah Al Fatihah ayat demi ayat perlu kiranya kita mengetahui kandungan umum dan garis-garis besar pesan utama surah mulia ini.

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa surah Al Fatihah mengandung intisari seluruh kandungan Al Qur’an al Karîm. Karena itu ia dinamai Ummul Kitâb dan Ummul Qur’ân. Dan sesuai dengan kesimpulan sebagian peneliti bahwa ma’ârif/pengetahuan yang terkandung dalam surah Al Fatihah ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, di antaranya: Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tartibi | Meninggalkan komentar

Hadis-hadis Keutamaan Surah al Fatihah

Hadis-hadis Keutamaan Surah al Fatihah

Tentang keutamaan Surah ini telah datang banyak hadis, bahkan ada ayat Al Qur’an yang menegaskan keagungannya. Hadis-hadis yang berbicara tentang keutamaan dan keagungan Surah al Fâtihah ini terkadang berbicara:

  • Tentang keagungan sisi kandungan dan muatannya.
  • Tentang pahala membacanya.
  • Tentang sisi kasiat dan pengaruh agungnya.

Menjelaskan keutamaan surah atau ayat pada dasarnya menjelaskan posisi dan keistimewaan surah atau ayat tersebut dibandingkan surah atau ayat-ayat lain dalam Al Qur’an. Khususnya dengan mengindahkan poin bahwa setiap surah itu menggariskan dan menggambarkan sebuah poin penting khusus dalam ajaran Al Qur’an. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tartibi | Meninggalkan komentar

Status dan Nama-nama Surah Al Fâtihah

Status dan Nama-nama Surah Al Fâtihah

Surah Al Fâtihah terdiri dari tujuh ayat. Dan ayat Basmalah adalah ayat pertama darinya, sesuai dengan hadis-hadis shahih dari Nabi saw dan para imam suci Ahlulbait as. Ia adalah tergolong surah Makkiyah, yaitu surah yang turun di Mekkah sebelum hijrah. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa ia termasuk di antara surah-surah yang awal-awal telah turun kepada Nabi Muhammad saw.

Di antara kemuliaan dan keagungan surah al Fâtihah adalah banyak nama yang disebutkan untuknya. Nama-nama itu menunjuk kepada sifat dan dimensi serta rahasia yang terkandung dalam surah tersebut.

Di bawah ini akan saya sebutkan nama-nama Surah Al Fatihah dengan sedikit mengulas rahasia di balik penamaan itu. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Tafsir Tartibi | Meninggalkan komentar

4 Prinsip Keselamatan dari Kerugian Besar Dalam Surah Wal ‘Ashri

4 Prinsip Keselamatan dari Kerugian Besar Dalam Surah Wal ‘Ashri

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

وَ الْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسانَ لَفي‏ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ وَ تَواصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَواصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugianKecuali  orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

 Surah Wal ‘Ashri Kongklusi Ajaran Al Qur’an

Surah Wal ‘Ashri yang hanya terdiri dari tiga ayat pendek telah meringkas seluruh ma’ârif/ilmu dan ajaran Al Qur’an dan merangkum total tujuan Al Qur’an dengan redaksi singkat namun padat. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid [10]

Iman Dan Konsekuensi Terhadap Tanggung Jawab

إِنَّما كانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنينَ إِذا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَ رَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنا وَ أَطَعْنا وَ أُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ وَ يَخْشَ اللَّهَ وَ يَتَّقْهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْفائِزُونَ

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul- Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An Nûr;51-52)

Konsistenti Keimanan

Dalam rana keimanan ada sebuah masalah penting yang harus selalu ditekankan, yaitu bahwa konsistenti seorang Mukmin dalam menjalankan tuntutan keimanan itu kokoh tidak berubah mengikuti arah kepentingan individual yang sempit dan cenderung brutal menentang kemaslahatan umum yang sesuai dengan Syari’at. Artinya, ia tidak hanya siap berpegang dengan keimanan ketika ia tidak bertentangan dengan kepentingan brutalnya, apapun ketika kepentingannya terancam dan atau terusik oleh nilai-nilai progresif keimanan maka ia campakkan keimanan itu dan ia segera menanggalkan busana ketaatan. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik, Tak Berkategori | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid [9]


Iman Yang Produktif

وَ جاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهادِهِ هُوَ اجْتَباكُمْ وَ ما جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبيكُمْ إِبْراهيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِنْ قَبْلُ وَ في‏ هذا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهيداً عَلَيْكُمْ وَ تَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقيمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّكاةَ وَ اعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلى‏ وَ نِعْمَ النَّصيرُ

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.(QS. Al Haj;87)

 

Dalam terminologi Al Qur’an, Iman bukan hanya sekedar urusan hati semata. Memang benar adanya bahwa iman itu adalah keyakinan, I’tiqâd, dan ia berhubungan dengan hati. Tetapi Al Qur’an tidak mendukung asal/sembarang  keimanan atau keimanan yang tidak memberikan pengaruh pada  anggota badan si mukmin [penyandang iman]. Keimanan yang telanjang dari tanda-tanda dan bekasnya pada kehidupan tidak bernilai dalam kaca mata Al Qur’an. Andai keimanan itu sekedar percaya dan yakin pastilah Iblis tergolong makhluk pertama yang beriman. Iblis diciptakan dan sudah beribadah menyemah Allah SWT. jauh sebelum Adam. Tetapi ia gagal ketika ibadah yang ditekuninya dihadapkan kepada sebuah ujian praktis. Karena itu, saya tulis judul di atas, Iman Yang Produktif, iman yang memancarkan semangat amal shaleh bak mata air. Iman harus bergandengan dengan konsistensi dalam beramal shaleh dan rasa tanggung jawab.

Allah SWT. selalu mengandegkan iman dengan beramal shaleh.

إِنَّ الذيْنَ آمَنُول وَ عَمِلُوا الصالِحاتِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.” Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [8]

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [8]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Sifat Kedua Ulul Albab: Memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

Sifat/aktifitas rutin kedua Ulul Albâb adalah mereka tenggelam dalam berfikir tentang ciptaan Allah yang maha rapi dan serasi.

وَ يَتَفَكَّرُونَ في‏ خَلْقِ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ

 “… dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.”

Dalam ayat di atas disebutkan dua sifat/aktifitas, pertama: dzikir dalam semua keadaan, dan kedua: berfikir tentang ciptaan Allah, sebagai isyarat bahwa dzikir semata belum cukup. Sebab dzikir akan memberikan hasilnya ketika dibarengi dengan berfikir dan mengamati serta merenungkan kemaha-agungan ciptaan Allah. Sebagaimana berfikir saja tanpa disertai dengan dzikir mengingat Allah Sang Maha-pencipta yang Maha-agung tidak akan menyampaikan kepada hasil yang diharapkan.

Di antara tujuan yang harus dicapai dengan memikirkan kemaha-agungan ciptaan Allah adalah agar manusia sampai kepada kesimpulan bahwa semua itu diciptakan dengan tujuan yang rapi. Sang Maha-pencipta yang Maha-bijaksana tidak mungkin melakukan sesuatu yang sia-sia… dari atom/molekul paling kecil hingga bintang paling besar diciptakan dengan fungsi dan tujuan masing-masing. Dengan mengamati keteraturan dan keserasian alam semesta bagaimana mungkin seseorang akan menganggap bahwa semua itu tercipta sia-sia dan tanpa tujuaan?!

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [7]

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [7]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Siapa Gerangan Ulul Albâb Itu?

Secara bahasa kata al Albâb adalah bentuk jamak kata al Lubb yang artinya: akal yang murni yang bersih dari hal-hal yang mencemarinya. Dalam beberapa ayat, Allah memuji Ulul Albâb, dan memperkenalkan mereka sebagai pemilik keimanan kepada Allah, orang-orang yang kebali kepada-Nya dan yang mengikuti ujaran terbaik.

Pada dasarnya semua manusia memiliki potensi tersebut. Allah telah melengkapi mereka dengan akal. Tetapi problem sebagian orang adalah mereka tidak mau menggunakan akalnya sehingga ia berkarat dan pada akhirnya kehilangan daya dan fungsinya. Ulul Albâb adalah mereka yang menggunakan akal sehatnya untuk memikirkan tentang hal-hal yang fundamental dan mengarah. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [6]

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [6]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

 Keimanan Yang Sadar

 إِنَّ في‏ خَلْقِ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَ النَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ الَّذينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَ قُعُوداً وَ عَلى‏ جُنُوبِهِمْ وَ يَتَفَكَّرُونَ في‏ خَلْقِ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ رَبَّنا ما خَلَقْتَ هذا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi( seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Âlu Imrân;190-191)

Dua Pelajaran Besar Dalam Dakwah Para Nabi as

Ayat 285 surah al Baqarah memberikan banyak pelajaran besar.

Allah SWT berfirman:

آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَ مَلآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ وَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَ أَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَ إِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Rasul dan Mukminin telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Semuanya beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata, “Kami mendengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami dan hanya kepada-Mulah tempat kembali. (QS. Al Baqarah;285)

Dalam kesempatan ini saya ingin menyoroti dua dari pelajaran-pelajaran berharga tersebut. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar