Edisi Special Bulan Al Qur’an: Rahasia-rahasia Nama-nama & Sifat-sifat Al Qur’an [4]

Mengapa Al Qur’an Dinamai Juga dengan Adz-Dzikr?

Nama lain Al Qur’an adalah adz Dzikr…

Allah SWT. berfirman:

و قالوا يا أيها الذي نُزِّلَ عليهِ الذكْرُ إنَّكَ لَمَجْنُونٌ .

“Mereka berkata: “hai orang yang diturunkan Al qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila”.(QS:15;6)

إنَّا نَحْنُ نَزَّلْنا الذكْرَ و إنا لهُ لَحافِظونَ.

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al qur’an , dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”.(QS:15;9).

Akar Kata adz Dzikr

Kata adz-Dzikr adalah mashdar dari kata kerja dzakara. Ar-Raghib Al Ishfahani dalam Mu’jamnya menerangkan: “Terkadang adz-Dzikr diartikan sebuah kondisi pada jiwa dengannya seseorang mampu mengingat ma’rifat yang ia miliki, dalam pengertian ini ia seperti hifdz (menghafal), hanya saja hifdz dari segi perolehan sedangkan dzikr dari segi mengahdirkannya. Dan terkadang dzikr diartikan hadirnya sesuatu dalam hati atau dalam ucapan, oleh sebab itu dzikr ada dua bentuk: dzikr dengan hati dan dzikr dengan Lisân  . Dan masing-masing terbagi menjadi dua macam: dzikr (ingat) setelah sebelumnya lupa dan dzikr bukan dari kelupaan akan tetapi dengan arti melanggengkan ingatan. Dan setiap ucapan di sebut dzikr.[1]

Tampaknya makna asli kata tersebut adalah makna awal yang disebutkan di atas, adapun ucapan disebut dzikr dikarenakan ia memuat pengertian dzikr qalbi.

Rahasia Di Balaik Penamaan Al Qur’an dengan adz Dzikr

Adapun munâsabah penamaan Al qur’an dengan adz-Dzikr, sebagaimana di katakan az-Zarkasyi dalam Burhân -nya ialah dikarenakan di dalamnya terdapat mawa’idz (nasihat), peringatan dan berita umat-umat terdahulu.[2]

Jadi ia dinamai adz-Dzikr dikarenakan muatan-muatan Al qur’an dapat mengingatkan manusia kepada dirinya yang kemudian akan membawa ingat kepada Tuhanya. Ia berbicara kepada akal manusia dengan mengedepankan berbagai bukti kebenaran tentang keesaan Allah SWT., keharusan hamba dalam menghambakan kepada Khaliqnya sebagai konsekuensi ma’rifah akan ketuhanan-Nya. Sebagaimana juga berbicara kepada hati nurani manusia dengan membangkitkan nilai-nilai luhur manusiawi yang tercipta bersama fitrah manusia.

Selain pengertian di atas, kata dzikr juga memberi arti syaraf (kemulian), seperti dalam firman Allah SWT.

و إنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ و لِقَوْمِكَ وَ سَوفَ تُسْأَلونَ .

“Dan sesungguhnya Al qur’an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kamumu dan kelak kamu akan dimintai pertanggungan jawab”. (QS:43;44)

Demikian diriwayatkan tafsiran di atas dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, as-Suddi dan Ibnu Zaid. Dan Ibnu Jarir ath-Thabari memilihnya dan ia tidak menukil pendapat lain tentangnya.[3]

Al qur’an adalah sumber kemulian bagi umat Islam sebagai pewaris Al qur’an dan pembawa obor hidayahnya, oleh karenanya pada ahkir ayat di atas dikatakan dan kelak kamu akan dimintai pertanggungan jawab, sebab setiap nikmat dan anugrah harus dipertanggung jawabkan dihadapan penganugrahnya.

Dan dari sisi lain, Al qur’an adalah sumber kemuliaan bangsa Arab, dengannya mereka dikenal diantara bangsa-bangsa lain dan di negri merekalah Al quran diturunkan dan dengan bahasa merekalah Al qur’an diwahyukan, oleh karenanya sudah seharusnya mereka mejadi bangsa yang paling mengerti kandungannya dan paling gigih dalam mengamalkan dan membelanya. Dan apabila tidak maka mereka harus mempertanggung jawabkan keteledorang mereka di hadapan bangsa-bangsa lain dan di hadapan Allah SWT. kelak di hari akhir.

Inilah empat nama utama Al qur’an yang popular dikalangan para ulama’ dan kaum Muslim.

 Catatan:

Empat nama di atas selain Al qur’an tidak hanya dipakai sebagai nama untuk kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. ini, ia juga dipakai untuk nama kitab-kitab suci sebelum Al qur’an, seperti Taurat dan Injil. Nama Al Kitab juga dipakai untuk kitab suci Taurat yang turun kepada Nabi Musa as. dan untuk nama kitab Injil yang turun untuk Nabi Isa as. oleh karena itu para penganut ajaran Taurat dan Injil di sebut dengan Ahlul Kitab, sebagaimana dapat kita jumpai dalam banyak ayat Al qur’an, seperti pada: Al baqarah:53,78, Al An’âm:91 dan154, Hud:17 dan 110, Al Isrâ’:2, Al Mu’minun:49, Al Qashash:43, As-Sajdah: 23, Fushshilat; 45, Al Ahqâf:12, dimana Allah menamai kitab yang ia turunkan atas Musa as. dengan Al Kitâb. Dan pada ayat 30 Surah Maryam, dimana kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa diberi nama Al Kitâb juga. Bahkan dalam beberapa ayat, Allah SWT. berfirman bahwa Dia telah menurunkan Al Kitâb kepada setiap nabi.

Allah SWT. berfirman:

لَقَدْ أرْسَلْنا رُسُلَنا بِالبَيِّناتِ و أنْزَلْنا مَعَهُمُ الكِتابَ و المِيْزانَ لِيَقُوْمَ الناسُ بالقِسْطِ … .

“Sesungguh nya kami telah mengutus rasul rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turun kan bersama mereka al kitab dan neraca keadilan dan kami turnkan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan…”. (QS:57;25)

Taurat juga disebut dengan Al Furqân, sebagaimana dapat dibaca dalam ayat-ayat dibawah ini: Al Baqarah:53, Al Anbiyâ’:48.

Nama adz-Dzikr juga dipakai untuk Taurat dan Injjil, oleh sebab itu orang-orang Ahlul Kitab juga dijuluki dengan Ahlul Dzikr, seperti dalam ayat-ayat dibawah ini:

و لَقَدْ كَتَبْنا في الزَبُورِ مِنْ بَعْدِ الذكرِ أنَّ الأرْضَ يَرِثُها عبادِيَ الصالِحُونَ.

“Dan telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) adz-Dzikr, baheasannya bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh”.(QS:21;105)

Yang di maksud dengan az-Zaubur ialah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud as., sedangkan yang di maksud dengan adz-Dzikr ialah Taurat. Demikian ditafsirkan oleh sementara mufassirin, seperti Ibnu Abbas, asy-Sya’bi, Al Hasan, Qatadah dan lain-lain, sebagaiaman dinukil Ibnu Katsir dalam tafsirnya.[4]

Jadi satu-satunya nama yang khusus hanya dipakai untuk kitab suci terakhir ini adalah Al qur’an.

___________

[1] Mu’jam Mufradât Alfâdz Al qur’an:181.

[2] Al Burhân:1\350 dan baca juga : Al Itqân:1\68.

[3] Tafsir Ibnu Katsir:4\128.

[4] Lebih lanjut baca: tafsir Ibnu Katsir:3\201, tafsir Al Munir; Kiai M. Nawawi Banten:2\47. Daar Al Fikr- Beirut 1980.

Pos ini dipublikasikan di Enklopedia Nama-nama Al QUr'an, Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tartibi. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar