Keistimewaan Nabi saw. dalam al-Quran [7]: Al-Quran dan Kenabian sebagai Karunia Khusus yang Allah SWT Berikan kepada Beliau

وَلَولاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إلاَّ أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْئٍ وَأَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا

“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan karunia Allah sangat besar atasmu”. (Qs. An-Nisa’: 113)

Sabab Nuzul Ayat

Dalam Majma’ Al-Bayan disebutkan bahwa ayat ini turun untuk Bani Tsaqif yang mendatangi Rasulullah saw. mereka berkata: Wahai Muhammad kami datang untuk membaiatmu dengan syarat kamu tidak memaksa kami untuk menghancurkan berhala-behala yang kami sembah dan kami diberi kesempatan untuk menyembah Uzza satu tahun lagi. Rasul saw. tidak menuruti permintaan mereka itu karena Allah telah melindungi beliau dari melakukan hal tersebut.

Sedang dalam kitab Al-Mizan disebutkan bahwa ayat ini dan beberapa ayat sebelumnya turun berkaitan dengan pencurian harta Abi Thu’mah Al-Anshari yang mengadu kepada Nabi saw. saat itu si pencuri menuduh orang lain yang tidak bersalah telah melakukan pencurian tersebut kemudian kaum si pencuri itu meminta dengan tegas agar Rasulullah saw. memutuskan perkara ini dan menjadikan orang yang tidak bersalah itu sebagai tersangka pelaku pencurian. Lalu turunlah ayat ini dalam rangka membebaskan orang yang tidak bersalah itu dari tuduhan pencurian.

Keterangan:

Ayat yang berbunyi (Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu) konteksnya menunjukkan bahwa maksudnya adalah mereka berkeinginan keras untuk menyesatkan beliau dengan cara membuat beliau membela orang-orang curang.[1]

Dalam Al-Kasyaf disebutkan bahwa maksud dari ayat di atas adalah jika bukan karena perlindungan Allah serta kasih sayang dan pengetahuan yang Allah wahyukan kepada beliau tentang rahasia mereka niscaya segolongan dari mereka berusaha keras untuk menyesatkan beliau agar berpaling dari kebenaran dan keadilan walaupun mereka tahu betul bahwa yang bersalah sebenarnya adalah teman mereka.[2]

Sementara ayat (Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikit pun) maksudnya adalah bahwa kesesatan mereka tidak akan bisa sampai kepada Nabi saw. karena usaha yang mereka lakukan untuk menyesatkan beliau itu adalah tindak kemaksiatan dan setiap kemaksiatan itu adalah kesesatan. Sehingga saat mereka berusaha menyesatkan beliau mereka sedang menyesatkan dan membahayakan diri mereka sendiri.[3]

Kemudian ayat (Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui) menjadi penyebab yakni bahwa penurunan Al-Quran dan hikmah kepada beliau serta diberitahukannya berbagai rahasia kepada beliau adalah yang menjadikan beliau selamat dari usaha mereka untuk menyesatkan beliau, ayat ini sekaligus menjadi bukti kemaksuman Nabi saw. (keterjagaan beliau dari kesalahan dan dosa).[4]

 

Kemaksuman yang digambarkan dalam ayat ini adalah pengetahuan yang mencegah pemiliknya untuk berbuat salah dan maksiat, dengan kata lain kemaksuman adalah ilmu yang mencegah pemiliknya agar tidak terjerumus dalam kesesatan, hal ini sebagaimana yang diisyaratkan Allah SWT dalam firman-Nya yang khusus untuk Nabi-Nya (Dan (juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui), ini adalah khitab khusus yang tidak akan mampu kita fahami hakikatnya karena kita tidak memiliki cita rasa untuk memahami dan merasakan hal semacam ini.

Sayyid Quthbi mengatakan bahwa ayat ini menceritakan tentang hal yang tidak akan pernah kita saksikan padanannya di muka bumi ini dan tidak akan kita temukan orang yang serupa dengannya. Ayat ini sekaligus menjadi bukti bahwa Al-Quran dan agama Islam haruslah berasal dari Allah, karena manusia setinggi apapun pemikirannya dan sebersih apapun jiwanya tidak mungkin bisa sampai pada tingkatan ini kecuali dengan mendapatkan wahyu dari Allah SWT.[5]

Ayat ini turun untuk membebaskan seorang Yahudi dari tuduhan pencuri yang dilontarkan oleh seorang muslim dari kelompok Anshar. Ia turun untuk membedakan kebenaran dari kebatilan dan membedakan seorang yang bersalah dari yang tidak bersalah.

Ayat ini turun untuk menegakkan keadilan terkait dengan hak orang yang seharusnya tidak mendapatkan tuduhan pencurian walaupun ia adalah seorang Yahudi dan menentang Islam, dan menegakkan hukuman bagi orang yang curang dan bersalah walaupun ia adalah seorang muslim dan beragama dari kalangan Anshar.

Kapan Terjadinya Peristiwa ini?

Peristiwa ini terjadi pada saat bangsa Yahudi di Madinah membidikkan semua anak panah beracunya ke arah Islam dan kaum muslimin, pada saat mereka menebarkan rumor dan kebohongan, pada saat mereka menjadi pendukung dan penyemangat kaum munafik dan mempermudah jalan mereka, menyesatkan pemikiran-pemikiran, mereka menghujat kenabian dan meragukan wahyu dan risalah.

Dalam kondisi genting semacam inilah ayat ini turun kepada Rasulullah saw. dan kepada kaum muslim agar bersikap adil kepada seorang laki-laki Yahudi yang secara dzalim dituduh telah melakukan pencurian, dan menghukum orang-orang Anshar di Madinah yang berkomplot menuduhnya, sedangkan pada saat itu kaum Anshar adalah pasukan dan pendukung Rasulul saw.

Maka kondisi yang menyertai turunnya ayat ini justru menampakkan tingginya tingkat keadilan yang dilakukan oleh Nabi saw. pada saat itu.

Al-Quran dan Kenabian adalah Karunia Terbesar

Dalam kitab Al-Burhan disebutkan hadis dari Imam Ash-Shadiq as. beliau berkata: Demi Allah, Allah tidak pernah memberikan sebuah kitab kepada siapapun dari makhluk-Nya selain kepada Rasullah saw. dan kepada para Imam as. (Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang khianat[6]) ayat ini juga berlaku untuk para washi as. semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad dan kepada para washinya yang suci.[7]

[1] Al-Mizan, Jilid 5 Hal. 79

[2] Jilid 1 Hal. 564

[3] Al-Mizan, Jilid 5 Hal. 79

[4] Ibid

[5] Jilid 2 Hal. 510

[6] Qs. An-Nisa’: 105

[7] Jilid 2 Hal. 169

Pos ini dipublikasikan di Kajian Qur'ani, Tafsir Tematik. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Keistimewaan Nabi saw. dalam al-Quran [7]: Al-Quran dan Kenabian sebagai Karunia Khusus yang Allah SWT Berikan kepada Beliau

  1. dedeng suhendar berkata:

    Ahsantum,ini yang ditunggu-tunggu,syukron wa Jazakumulloh kher,Allohumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad…..

    Suka

Tinggalkan komentar