Tema-tema Penting Ulûmul Qur’an [6]: Al Qur’an Mu’jizat Teragung Nabi Muhammad Saw.

Tema-tema Penting Ulûmul Qur’an [6]: Al Qur’an Mu’jizat Teragung Nabi Muhammad Saw.

Al Qur’an Al Karim adalah Mu’jizat teragung Nabi Muhammad saw. dan bukti terbesar kenabian dan kerasululan beliau saw. untuk itu mari kita kaji bersama poin-poin penting seputar Mu’jizat teragung ini; Al Qur’an al Karim.

Dalam masalah ini ada beberapa bahasan yang akan perlu dikaji, di antaranya adalah:

  • Pertama: Defenisi I’jâz/Mu’jizat

Secara bahasa kata dasar i’jâz berasal dari kata kerja a’jaza yang memiliki beberapa arti, diantranya, menetapkan kelemahan. Secara defenitif mu’jizat didefenisikan sebagai perkara yang menerobos kebiasaan, keluar dari batasan-batasan sebab musabab, yang diciptakan Allah melalui tangan seorang yang mengklaim sebagai nabi yang menyertai pengakuannya itu dan menjadi bukti kebenaran kenabiannya.[1]

  • Kedua: Kebutuhan akan Mu’jizat

Keterkaitan kebutuhan seorang nabi kepada mu’jizat sebgai bukti kenabian dan kebutuhan umat manusia kepada mu’jizat nabi untuk membuktikan kebenaran klaim kenabiannya sangatlah jelas. Tanpa mu’jizat seorang nabi sulit mampu membuktikan kebenaran kenabiannya dan tanpa mu’jizat tidak mungkin umat manusia dapat membuktikan bahwa si pengaku kenabian itu benar dalam klaim pengakuannya.

Kebutuhan manusia akan hidayah Tuhan adalah keniscayaan dan dharurat watak manusia. Ia adalah kebutuhan fitrah. Pemberian petunjuk ini menjadi tanggung jawab Allah SWT. dan mengharuskan adanya perantara yang menyampaikannya, dan penyampai tersebut adalah nabi dan rasul.

Jabatan kenabian dan kerasulan adalah jabatan yang agung dan mulia yang sering diklaim secara palsu orang para pemalsu dan pembohong, akibatnya samarlah antara seorang Nabi utusan Allah dan pengaku-ngaku kenabian palsu. Oleh karena itu ia harus setiap nabi membutuhkan mu’jizat sebagai bukti kebenaran klaim kenabiannya, karena menerima setiap klaim tanpa pembuktian adalah sebuah kebodohan dan penyimpangan dari fitrah kemanusian.

Pada sisi lain, konsekuensi kenabian atas manusia adalah adanya keharusan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang mengikat, mereka diminta meninggalkan sederatan aktifitas dan diperintah melaksanakan pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, wajarlah apabila mereka meminta bukti kepada seorang yang datang dengan klaim kenabian.

  •  Ketiga: Al Qur’an adalah Mu’jizat Teragung Yang Abadi

Telah kita ketahui bahwa salah satu cara paling urgen mengenal kebenaran kenabian seorang nabi adalah mu’jizat yang dibawanya. Dan karena kenabian para nabi sebelum Rasulullah saw. bersifat terbatas baik dari sisi waktu dan sasaran dakwahnya, maka mu’jizat yang mereka bawa juga sesuai dengan tuntutan tersebut.

Berbeda dengan kenabian Nabi Muhammad saw., ia bersifat umum dan berlaku untuk sepanjang hingga datang hari kiamat, oleh karena itu ia meniscayakan mu’jizat yang bersifat abadi dan dapat dinikmati manusia yang ingin mencari tahu tentang kebenaran kenabian Rasulullah Muhammad saw. di sepanjang zaman. Kalau tidak maka membebankan manusia yang hidup di akhir zaman, misalnya, untuk beriman dengan kenabian Nabi Muhammad saw., dan memberi mereka sanksi jika kafir kepadanya, sementara mereka tidak bisa mendapatkan mu’jizat yang membuktikan kebanaran kenabiannya adalah taklîf fawqa mâ yuthâq (membebani taklif di luar kemampuan), dan itu artinya tidak bijaksana, Maha Tinggi Allah dari berlaku zalim.

Al Qur’an akan tegak sebagi mu’jizat bukti kebenaran kenabian Rasulullah saw. sepanjang masa.

 Keempat: Hikmah dibalik Beragamnya Mukjizat

Setiap nabi dan rasul akan dipersenjatai dengan mu’jizat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dewasa itu, agar lebih dapat di mengerti dan kemudian dibuktikan sisi kemu’jizatannya.

Nabi Musa as. diberi mu’jizat tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar, karena di sama itu hal yang paling populer dan merakyat adalah sihir. Allah memberikan kepada Musa mu’jizat yang menyerupai sihir namun ia bukan sihir. Mereka yang mengerti liku-liku tekhnis sihir akan memahami bahwa apa yang di bawa Musaas. Bukanlah sihir.

Nabi Isa as. dipersenjatai dengan mu’jizat menyembuhkan orang buta, orang belang dan tuli, karena di saat itu wilayah Palestina yang merupakan salah satu daerah jajahan Romawi sangat dikenal dengan kemajuan ilmu kedokteran, namun demikian apa yang di bawa Nabi Isa as. bukanlah dari jenis ilmu kedokteran, ia adalah mu’jizat. Mereka yang menyelemi ilmu kedokteran bahkan hingga sekarang pun tidak akan mampu mendatangkan seperti apa yang di datangkan Nabi Isa as.

Demikian juga dengan Nabi Muhammad saw., di sama beliau, hal paling maju adalah kesusastraan, setiap orang Arab berlomba-lomba menyusun syair ataupun prosa indah yang bernilai sastra tinggi. Arena-arena lomba sering digelar. Dan dalam situasi seperti itu Nabi Muhammad saw. datang dengan kenabian dan kerasulan yang disenjatai dengan sebuah mu’jizat kalam indah yang melebihi semua yang pernah mereka produk.

Sisi kemu’jizatan Al Qur’an walaupun tidak terbatas pada dimensi kesusastraan dan keindahan gaya bahasa yang memukau, akan tetapi yang jelas bahwa fashahah Al Qur’an adalah salah satu dimensi mu’jizat Al Qur’an paling penting.

Orang-orang Arab yang tekun tentang sastra memahami benar bahwa Al Qur’an bukan buatan manusia, ia bukan susuan yang disusun Muhammad saw. Al Qur’an di luar kemampuan manusia untuk menyusunnya.

 Kelima,Tantangan Al Qur’an

Al Qur’an menantang kaum Arab- secara khusus- dan umat manusia -secara umum- yang meragukan kebenaran Al Qur’an sebagai firman Allah SWT. agar mendatangkan seperti Al Qur’an, akan tetapi mereka tidak sanggup mendatangkan apa yang diminta Al Qur’an dan ditegaskan bahwa mereka tidak akan pernah mampu mendatangkan seperti Al Qur’an , sebab Al Qur’an itu unggul, tinggi dan tidak dapat diungguli oleh sesuatu apapun.

Dalam menantang kaum kafir (baik Arab maupun non Arab), Al Qur’an meminta mereka agar mendatangkan yang seperti Al Qur’an dalam tiga tahap penantangan:

Pertama: Menantang agar emereka mendatangkan seperti total Al Qur’an . Baca ayat:Isrâ’, 88 dan al-Thûr,23-24.

Kedua: Dan setelah mereka tidak sanggup melakukannya dan menyahuti tantangan Al Qur’an , mereka ditantang agar mendatangkan sepuluh surah saja seperti surah-surah Al Qur’an . Baca: surah Hûd,13-14.

Ketiga: Dan setelah sepuluh surah pun mereka tidak mampu mendatangkan sepuluh surah Al Qur’an , tantangan itu pun diturunkan menjadi satu surah saja. Baca: Al-Baqarah,23-24.

Kendati demikian mereka tidak mampu mendatangkannya dan tidak sanggup menyahuti tantangan Al Qur’an, padahal tantangan itu disertai dengan kata-kata yang semestinya membangkitkan harga diri dan keangkuhan kekafiran mereka.

Dan selain itu, memang sejak pertama Al Qur’an sudah menegaskan bahwa mereka tidak mungkin sanggup walaupun mereka bekerja sama dengan jin sekalipun.

 Keenam: Dimensi I’jaz Al Qur’an

Al Qur’an adalah mu’jizat Islam yang paling agung, awal yang turun darinya sama mutunya dengan akhir yang turun. Ia mu’jizat dalam berita yang dibawanya, perintah dan larangan yang ditetapkannya. Ia mu’jizat dalam sisi susunan dan keindahan sastranya.ia mu’jizat tidak terbatas pada masa tertentu, ia untuk semua masa dan untuk manusia dan jin.

Di bawah ini mari kita ikuti sisi-sisi kemu’jizatan Al Qur’an Al Karim:

  • Sisi Kesusastraan Al Qur’an

Keindahan susunan redaksi Al Qur’an adalah hal yang telah diakui oleh para pakar bahasa dan kesustraan Arab, bahkan mereka yang masih kafir sekalipun. Memang untuk merasakan keindahan luar biasa sastra Al Qur’an yang dimilikinya dibutuhkan keahlian yang mendalam tentang sastra Arab, oleh karenanya cara paling praktis memahami puncak tingkat kefashihan susunan Al Qur’an adalah menyimak komentar dan pengakuan para pakar, khususnya yang kafir.

Di bawah ini mari kita perhatikan komentar seorang tokoh kafir Quraisy, yaitu al-Walîd ibn al-Mughîrah

 Kisah al-Walîd ibn al-Mughîrah

Sejarah mencatat bahwa Rasulullah saw. tidak henti-hentinya menegaskan kepalsuan akidah syirik dan bahwa arca-arca mereka tidaklah memberi manfa’at atau madharrat barang sedikitpun. al-Walîd ibn al-Mughîrah adalah salah satu tokoh penting benggolan kafir Quraisy, ia ditokohkan dan dijadikan hakim dalam penyelesaian barbagai urusan penting mereka, dan juga dalan penilaian mutu syair-syair mereka. Ia adalah salah satu di antara yang getol mengganggu Rasulullah saw.

Pada suatu hari ketika turun kepada Nabi surah Ghafir (ayat:1-6), beliau membacanya dipelataran ka’bah, al-Walîd memperhatikan bacaan merdu lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan Nabi saw. mengetahui hal itu beliaupun mengulangi bacaan ayat-ayat tersebut. yaitu ayat pertama hingga keenam surah Ghâfir (al-Mu’min).

Setelah selesai mendengarkannya ia bangkit menuju tempat pertemuan kaumnya Bani Makhzum dan berkata: “Demi Allah saya benar-benar baru mendengar dari Muhammad sebuah pembicaraan yang bukan pembicaraan manusia dan bukan juga omongan jin. Ucapan itu memiliki gaya tarik dan terhiasi oleh keindahan. Atasnya berbuah dan akarnya dalam dan sesungguhnya ia unggul dan tiada di kalahkan.”

Kemudian setelah itu ia meninggalkan kaumnya dan kembali ke rumahnya.[2]

Dalam riwayat lain ditambahkan setelah pernyataan al-Walîd dialoq sebagai berikut:

Maka Abu Jahal mendatanginya dan duduk di dekatnya dengan raut wajah penuh kesedihan, al-Waliid bertanya: wahai anak saudaraku, mengapakah aku melihatmu bersedih?

Abu Jahal berkata: Kalangan Quraisy mengecammu dalam usiamu yang sepuh, mereka menganggap Anda menghiasi ucapan Muhammad.

Maka al-Walîd bangkit bersama Abu Jahal mendatangi kaumnya dan berkata: Apakah kalian menganggap Muhammad itu gila, pernahkah kalian menyaksikannya berlaku gila?

Mereka berkata: Tidak.

Al-Walîd: Apakah kalian mengnggapnya seorang dukun, pernahkah kalian menyaksikan sesuatu darinya?

Mereka menjawab: Tidak.

Al-Walîd: Apakah kalian mengnggapnya seorang penyair. Pernahkah kalian menyaksikannya menggubah syair?

Merekapun menjawab: Tidak.

Al-Walîd: Apakah kalian mengnggapnya seorang pembohong. Pernahkah kalian menemukannya berbohong barng sekali?

Tidak, jawab mereka.

Lalu apa dia itu? Tanya mereka.

Al-Walîd berfikir sejenak, ia merenung dan cemberut, lalu berkata: Ia adalah seorang penyihir. Tidakkah kalian menemukannya menceraikan antara seseorang dengan istri, anak dan keluarganya? Kalau begitu ia adalah tukang sihir dan apa yang ia ucapkan adalah sihir yang ia dapat dari orang lain.[3]

Pernyataan al-Walîd di atas adalah sebuah pengakuan dari seorang pakar bahasa yang anti dan memusuhi Nabi Muhammad saw. bahwa Al Qur’an bukan senbarang pembicaraan. Ia adalah firman yang berbeda dengan yang biasa disusun oleh manusia berupa prosa indah ataupun sajak yang biasa di ucapankan para dukun Arab yang mengklaim bahwa ia adalah ucapan jin. Al Qur’an – dalam hemat al-Walîd – berbeda darinya. Ia memiliki keindahan yang luar biasa, sangat memikat jiwa pendengarnya, indah pilihan kata-kata dan susunannya ia bagaikan sebuah pohon besar yang dahan-dahan dan dedaunannya lebat nan rindang serta memiliki akar yang menghunjam kedalam.

  • Sisi Pengetahuan Al Qur’an

Anda mendapatkan dalam Al Qur’an pengetahuan keyakinan yang sesuai dengan logika sehat dan sejalan dengan bukti yang tegak. Al Qur’an berbicara tentang asma dan sifat-sifat Allah, dengan keterangan yang memuji dan mensucikan-Nya dari apa yang dinisbatkan kaum zalim dan kafir. Berbicara tentang para nabi dan rasul dan mensifati mereka dengan sifat-sifat yang indah dan penuh pengormatan.

Berbicara tangtang ma’ad (hari kembangkitan) dengan menegakan bukti tentangnya.

  •  Sisi Mu’jizat Ilmiah

Selain dua sisi diatas, Al Qur’an juga sarat dengan ayat-ayat yang mengisyaratkan kepada penemuan-penemuan ilmiah medern, tentunya isyarat itu bukan menjadi tujuan utama akan tetapi ia menyinggungnya ketika menegakkan bukti-bukti kebenaran dan keesaan Tuhan serta kebenaran risalah Allah SWT.

Di antara isiyarat-isyarat Al Qur’an yang hingga waktu lama setelah penurunannya belum terpecahkan dan baru ditemukan oleh para ilmuan pada masa atom dan satelit ini adalah:

  1. Asal kejadian tata surya
  2. Berkurangnya bibir daratan (bumi).
  3. Perjalanan matahari.
  4. Perbedaan sidik jari manusia.
  •  Sisi Mu’jizat Tentang Berita Ghaib

Al Qur’an juga memuat berita tentang hal-hal ghaib. Ghaib yang maksud itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian; ghaib hadhir (yang sudah ada), ghiab madhi (yang telah lampau) dan ghaib mustaqbal (yang akan datang).

  • Ghaib Hadhir seperti pembertiaan Al Qur’an tentang alam-alam yang tidak diketahui manusia, jin, malaikat, surga neraka dll. yang tidak dapat disaksikan manusia.
  • Ghaib Madhi seperti pemberitaan Al Qur’an tentang kisah-kisah para nabi dn rasul terdahulu, kisah umat-umat terdahulu, yang mana hal itu tidak mungkin diketahui dengan pasti dan detail kecuali melalui wahyu.
  • Ghaib Muttaqbal, Al Qur’an memberitakan banyak kejadian yang akan terjadi dengan penuh kepastian dan ketegasan, menyampaikan janji-janji yang akan terealisasi di masa akan datang. Dan kejadian yang akan terjadi di masa akan datang bukanlah di bawah kekuasaan manusia untuk mewujudkannya, dan juga diluar jangkauan pengertahuannya. Memang di sana ada ramalan-ramalan tentang masa depan namun ia didarasi pada rekaan dan bukan kepastian berbeda dengan pemberitaan Al Qur’an.

Di bawah ini akan saya sebutkan beberapa contoh darinya:

  1. Kemenagnan Kerajaan Romawi atas Persia. Al Qur’an mengabarkan bahwa pasukan Romawi (yang notaben adalah penganut kitab suci/Ahlul Kitab) setelah mengalami kekalahan telak dari pasukan kerajaan Persia yang musyrik, akan menag kembali dalam waktu kurang dari sembilan tahun. Padahal dalam perhitungan tidak ada yang membayang bahwa Romawi akan bangkit kembali setelah kekalahan itu.

Al Qur’an mengabarkan dalam surah ar Rûm:

غُلِبَتِ الرُّومُ في‏ أَدْنَى الْأَرْضِ وَ هُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ في‏ بِضْعِ سِنينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَ مِنْ بَعْدُ وَ يَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ

“Telah dikalahkan kerajaan Rum di negri yang terdekat dan mereka sesudah kalah itu akan mrnang lagi dalam beberapa tahun. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenanan bangsa Ramawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” (QS:[30];2-4)

Memang kerajan Romawi di waktu turunnya ayat ini dalam kadaan sangat lemah sekali dan tidak mungkin akan bangkit lagi. Tetapi apa yang diberitakan Al Qur’an benar-benar menjadi kenyataan dalam beberapa tahun, fi bidh’i siniin. Data bidh’i beartikan bilangan antara tiga sampai sembilan.

  1. Dan ayat di atas juga terdapat berita gembira akan kemenangan yang diperoleh kaum Muslim atas musuh-musuh mereka. Ayat itu seperti disepakati turun pada periode Makkah, dan seperti diberitakan dalam ayat di atas, kaum Muslim mendapat kemenangan atas kaum musyrik bertepatan dengan kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Dua berita ghaib sekaligus disampaikan dan benar-benar menjadi kenyataan, umat Islam menang atas kaum musyrik dalam peretempuran Badar.

Dan selain apa yang sudah disebutkan di atas tentu banyak contoh lainnya.

Semoga keterangan ringkas tentang ke-mu’jizat-an Al Qur’an bermanfaat bagi kita semua. Amîn.

_______________________

[1] Az Zarqâni. Manahil al-Irfân. Vol.1,73.

[2] Majma’ al-Bayân:Vol:5, Juz:10, Hal:387.

[3] Majma’ al-Bayân: Vol:5, Juz:10, Hal:387.

Pos ini dipublikasikan di Kajian Qur'ani, Kuliah Ulumul Qur'an. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar