Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [5]

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [5]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Imam [2]

Sifat-Kriteria Keempat: Menegakkan Shalat

Berangkat dari kesadaran akan tanggung-jawab, agungnya hakikat ilahiah, kemantapan iman dalam jiwa dan kesadaran mereka akan keharusan bertawakkal kepada Allah SWT; sumber segala penyelesaian urusan…  berangkat dari itu semua, mereka sadar pula betapa besar kebutuhan mereka untuk memperkuat hubungan mereka dengan Allah SWT dari posisi penghambaan dan praktik nyata. Dan hubungan itu terjalin melalui dua media: [1] Shalat, dan [2] Menginfakkan sebagian rizki Allah yag mereka miliki. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [4]


Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [4]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Imam [2]

Sifat-Kriteria Ketiga: Bertawakkal

Ketika keimanan bertambah dan menyempurna seorang Mukmin akan mengenal Maqam Tuhannya, dan otomatis memahamim posisi dirinya dengan pengenalan yag sesuai dengan realita, yaitu bahwa segala urusan adalah kembali kepada Allah dan di tangan Allah. Dialah satu-satu Maha Pengatur dan Pemegang kendali urusan alam semesta ini. Maka adalah harus bagi setiap manusia untuk kembali dan bergantung kepada-Nya dan mengikuti apa yang Ia kehendaki dengan menjadian Allah sebagai Wakil yang mengurus seluruh urusannya. Ia ridha dengan ketetapan qadha’-Nya dalam perjalanan hidupnya… berjalan di atas ketentuan Syari’at-Nya dan bertindak sesuai perintah dan larangan-Nya.

Allah berfirman:

وَ عَلى‏ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“… dan kepada Tuhan- lah mereka bertawakal,… “

 Tawakkal Bukan Bermalas Diri Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [3]

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani [3]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Imam [2]

Pendahuluan

Dalam peperangan Badar, kaum Muslimin mendapatkan kemenagngan atas kaum Musyrikin dan memperoleh rampasan perang. Mereka berselisih pendapat tentang kepemilikannya, lalu mereka datang menemui Rasulullah saw menanyakannya, maka turunlah ayat-ayat pertama surah al Anfâl. Allah SWT menegaskan bahwa al Anfâl/rampasan perang itu adalah milik Allah dan Rasul-Nya. Harta itu harus dibelanjakan untuk kepentingan agenda Tuhan di muka bumi untuk kesejahteraan umat manusia sesuai dengan ketentuan Allah. Ia bukan milik seorang pun dari hamba-hamba Allah. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Linai-nilai Tauhid Qur’ani

Membumikan Linai-nilai Tauhid Qur’ani [2]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Iman [I]

Siapakah al Muttaqûn Itu?

Di sini, Al Qur’an menyebutkan lima sifat dan prilaku kaum muttaqîn yang karenanya mereka berhak mendapat surga Allah. Kelima sifat dan prilaku itu membuktikan betapa mereka telah menyandang sifat-sifat mulia kemanusiaan dan memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi.

 Sifat-Prilaku Pertama: Infak Baik di Waktu Lapang Maupun Sempit

Allah SWT berfirman:

الَّذينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.”

Kata as Sarrâ’ adalah sesuatu yang membuat gembira atau kondisi lapang. Sedangkan adh Dharrâ’ adalah sesuatu yang jelek buat mereka atau kesempitan.[1] Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Membumikan Nilai-nilai Tauhid Qur’ani

Membumikan Linai-nilai Tauhid Qur’ani [1]

Mengurai Konsep Tauhid Qur’ani

Iman [1]

وَ أَطيعُوا اللَّهَ وَ الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ * وَ سارِعُوا إِلى‏ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّماواتُ وَ الْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقينَ  * الَّذينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ وَ الْكاظِمينَ الْغَيْظَ وَ الْعافينَ عَنِ النَّاسِ وَ اللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنينَ الَّذينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ وَ الْكاظِمينَ الْغَيْظَ وَ الْعافينَ عَنِ النَّاسِ وَ اللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنينَ  *وَ الَّذينَ إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَ مَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَ لَمْ يُصِرُّوا عَلى‏ ما فَعَلُوا وَ هُمْ يَعْلَمُونَ * أُولئِكَ جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَ جَنَّاتٌ تَجْري مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدينَ فيها وَ نِعْمَ أَجْرُ الْعامِلينَ

“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah.  Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Âlu Imrân;132-136)

 

Iman Selalu Bergendeng Dengan Tanggung Jawab Sosial

Para pendeta Kristen zaman dahulu memilih kehidupan rahbanah agar mereka tidak ternodai dengan lumuran dosa. Mereka hidup menyendiri di gua-gua atau tempat-tempat teresolasi dan mengasingkan diri. Al Qur’an mengecam model kehidupan Rahbanah seperti itu:

وَ رَهْبانِيَّةً ابْتَدَعُوها ما كَتَبْناها عَلَيْهِمْ

“Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada- adakannya)… “ (QS. Al Hadid;27) Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | 3 Komentar

Urgensi Al Istiqâmah Dalam Al Qur’an

Urgensi Al Istiqâmah Dalam Al Qur’an

Dengan memahami bagaimana Al Qur’an menilai pentingnya Istiqâmah, kita dapat mengerti mengapa kita diajari agar berdoa meminta dianugerahi al Istiqâmah, karena itu, mari kita sedikit menelaah ayat-ayat yang berbicara tentang al Istiqâmah.

Allah SWT telah memerintahkan Nabi saw agar ber-istiqâmah, demikian juga dengan kaum Mukminin. Demikian ditegaskan dalam ayat 112 surah Hûd:

فَاسْتَقِمْ كَما أُمِرْتَ وَ مَنْ تابَ مَعَكَ وَ لا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِما تَعْمَلُونَ بَصيرٌ

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Renungan Al Qur'an, Tafsir Tematik | Meninggalkan komentar

Sifat Al Mahfûdz Bukti Keterjagaan Al Qur’an

Sifat Al Mahfûdz Bukti Keterjagaan Al Qur’an

Di antara sifat mulai Al Qur’an adalah al Mahfûdz. Sifat ini menjadi salah satu petunjuk muhim keterjagaan Al Qur’an dari bentuk tahrif apapun.

Untuk lebih lanjut mari kita ikuti ulasan di bawah ini:

Allah SWT. berfirman:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ فِيْ لَوحٍ مَحْفُوْظٌ.

“Bahkan yang di dustakan mereka mereka itu ialah Al qur’an yang mulia* ia tersimpan di dalam Lauh.” (QS:85;21)

Kata:  مَحْفُوْظٌpada ayat di atas dalam qira’at yang dipilih oleh Nâfi’ (salah seorang dari para qurrâ’ yang tujuh) dibaca marfû’un (dhammah) sebagai sifat kedua kata: قُرْآنٌ , ia bukan sifat dari kata: لَوحٍ. Jadi artinya ialah bahwa yang mereka bohongkan itu adalah Al qur’an (bacaan) yang sangat mulia dan ia terpelihara serta terjaga dalam Lauh, tiada kemampuan yang akan dapat merusaknya dengan bentuk kerusakan apapun. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Enklopedia Nama-nama Al QUr'an, Kajian Qur'ani | Meninggalkan komentar

Al Qur’an Adalah Rûh Kehidupanmu Hai Mukmin!

Al Qur’an Adalah Rûh Kehidupanmu Hai Mukmin!

 Salah satu sifat penting yang diberikan untuk Al qur’an adalah Rûh Sifat ini disebut sekali dalam Al qur’an.

Allah SWT. berfirman:

و كذلِكَ أوْحَيْنا إليكَ رُوْحًا مِنْ أمرِنا ما كُنْتَ تَدْرِيْ ما الكتابُ ولا الإيمانُ وَلَكِنْ جَعَلْناهُ نُورًا نَهْدِيْ بِهِ مَنْ نشاءُ مِنْ عبادِنا وَإنَّكَ لَتَهْدِيْ إلىَ صِراطٍ مُسْتَقِيْمٍ.

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Al qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah  mengetahuia apakah Al Kitab (Al qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman out, tetapi Kami menjadikanAl qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya Kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.(QS:42;52)

Mengenai makna kata ruuhan dalam ayat di atas memang terdapat perbedaan penafsiran diantara para ahli tafsir. Salah satunya ialah Rûh dimaksud di sini adalah  Al qur’an. Minimal ada dua petunjuk yang dapat menguatkan penafsiran di atas; pertama: Kata: أوْحَيْنا (Kami wahyukan), yang tentunya sesuai dengan pewahyuan firman dan bukan mengutusan malaikat, sehingga Rûh diartikan malaikat, misalnya. Kedua: Lanjutan ayat tetapi Kami menjadikannya itu cahaya. Di mana Allah menjadikannya sebagai Nûr, cahaya, dan ia adalah salah satu sifat Al qur’an yang cukup masyhur. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Enklopedia Nama-nama Al QUr'an, Kajian Qur'ani | Meninggalkan komentar

11 Pejalaran Berharga Dari Kisah Penuh Hikmah Pernjumpaan Nabi Musa as dengan Khidir as.

11 Pejalaran Berharga Dari Kisah Penuh Hikmah Pernjumpaan Nabi Musa as dengan Khidir as.

Dan dalam firman Allah yang mengisahkan pengembaraan Nabi Musa as dalam menjumpai Khidir as seperti di bawah ini:

قالَ لَهُ مُوسى‏ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلى‏ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدا

“Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu.” (QS. Al Kahfi; 66)

قالَ سَتَجِدُني‏ إِنْ شاءَ اللَّهُ صابِراً وَ لا أَعْصي‏ لَكَ أَمْراً

Dan:

“Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” ( QS. Al Kahfi; 69)

terdapat banyak pelajaran berharga dan adab utama antara seorang santri, muta’allim sepertimu wahai anakku dan seorang guru, mu’allim, kendati kedudukan Nabi Musa as sangat mulia. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Kajian Qur'ani, Kisah-kisah Al Qur'an, Renungan Al Qur'an | Meninggalkan komentar

Doa-doa Pilihan Dalam Al Qur’an al Karîm [6]

Doa Nabi Nuh as. Setelah Ditenggelamkannya para Penentang

Allah SWT mengisahkan bagaimana Allah menenggelamkan kaum Nabi Nuh as yang menentang Dakwah beliau dan bagaimana Allah membinasakan mereka dengan banjir besar.. Sementara Nu as bersama kaum Mukmin yang mengimani Dakwah beliau diselamatkan dengan bahtera yang membawa mereka berlayar penuh keselamatan. Kendati Allah SW telah menjanjikan keselamatan bagi Nuh as dan para pengikut setianya, namun demikian Allah membimbing Nabi-Nya agar menjadi hamba yang selalu berharap dan memohon kepada Penguasa jagat raya dan Dzat yang harus menjadi tumpuan harapan setiap hamba. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Doa-doa Pilihan Dalam Al Qur'an, Kajian Qur'ani, Kisah-kisah Al Qur'an, Tafsir Tematik | 1 Komentar