Al Qur’an Al Karîm Pelerai Dari Segala Persengketaan!

Al Qur’an Al Karîm Pelerai Dari Segala Persengketaan

Sebutan lain Al qur’an, sebagaimana dapat kita saksikan dalam banyak ayat adalah Al Qaul. Allah SWT. berfirman:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا القولَ …

“Apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami)…”(QS:23;68)

وَ لَقَدْ وَصَّلْنا لَهُمُ القولَ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرُوْنَ.

“Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al qur’an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran”.(QS:28;51)

إِنَّا سَنُلْقِيْ عليكَ قَولاً ثَقِيْلاً.

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”.(QS:73;5)

إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ وَ ما هُوَ بِالْهَزْلِ .

“Sesungguhnya dia (Al qur’an itu) benar-benar firman yang memisahkan (antara hak dan batil)* dan sekali-kali bukan senda gurau”.(QS:86;13-14)

Secara bahasa kata Al qaul biasa diartikan dengan ucapan/perkataan. Al qur’an adalah ucapan/perkataan Allah SWT. yang di sampaikan kepada umat manusia melaui perantara Rasulullah saw. dan beliau juga menerimanya melalui perantara malaikat pembawa wahyu; Jibril as. Oleh karena itu dalam bebarapa ayat, Al qur’an di sebut sebagai qaulullah (ucapan/firman Allah), dan dalam ayat-lain di katakan ia adalah qaul malaikat Jibril serta dalam ayat-ayat lain di katakan ia adalah ucapan Rasulullah saw. dan yang demikian itu tidaklah bertentangan.

Di bawah ini akan kami sebutkan ayat-ayat yang menegaskan hal tersebut.

 Al qur’an adalah perkataan Allah SWT.

Dalam banyak ayat ditegaskan bahwa Al qur’an adalah firman dan perkataan Allah SWT. yang di wahyukan kepada Rasul dan Nabi terakhir-Nya  sebagaimana akan kita saksikan pada sifat kedua puluh dua dan sifat ke tiga puluh tiga pada buku ini.

Dan siapakah yang lebih tepat dan jujur perkataannya di banding Allah SWT.

وَ مَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ قِيْلاً

“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?”. (QS:4;122)

 

Al qur’an adalah perkataan Jibril as.

Seperti telah disinggung bahwa dalam beberapa ayat, Al qur’an disebut sebagai perkataan malaikat Jibril as. –selaku Rasul (pesuruh) Allah SWT. dalam menyampaikan wahyu- dan penisbatan seperti itu sama sekali tidak bertentangan dengan penisbatan Al qur’an kepada pem-firmannya yaitu Allah SWT., sebab malaikat Jibril as. tidak lebih dari sekedar pesuruh dalam tugas penyampaian wahyu dan kalam ilahi tersebut.

Hal itu terlihat jelas dengan memperhatikan ayat-ayat tentangnya sebagaimana akan saya sebutkan di bawah ini.

Allah SWT. berfirman:

فَلاَ أُقْسِمُ بالخُنَّسِ * الجَوَارِي الكُنَّسِ * و اللَيْلِ إذَا عَسْعَسَ * و الصُبْحِ إذَا تَنَفَّسَ * إنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ * ذِيْ قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي العَرْشِ مَكِيْنٍ * مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِيْنٍ * و ما صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ.

“Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang* yang beredar dan terbenam* demi malam apabila telah hampir meningalkan gelapnya* dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing* sesungguhnya Al qur’an itu benar-benar firman (Allah yang di bawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) * yang mempunyai kekuatan, yang mepunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy * yang di ta’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya * dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang gila”. (QS:81; 15-22)

Pada rangkaian ayat di atas Allah SWT. menepis tuduhan kaum kafir bahwa Nabi saw. adalah seorang yang telah kerasukan roh jahat (baca: setan) dan Al qur’an yang beliau sampaikan adalah bisikan setan. Oleh karenanya, dalam ayat-ayat di atas ditegaskan sifat-sifat mulia malaikat pembawa wahyu ilahi tersebut.

Allah SWT. bersumpah dengan menyebut tiga fenomena alam, dengan menyingkirnya kegelapan malam dan datangnya fajar dengan membawa cahaya terang yang menyinari alam semesta. Dan pada sumpah tersebut tersirat isyarat bahwa kebenaran wahyu ilahi akan mengusir kegelapan setan dan ide-ide sesat dan menyesatkannya.

Sesungguhnya Al qur’an yang disampaikan Muhammad saw. itu benar-benar firman (Allah yang di bawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) ia bukan bisikan setan. Dalam banyak ayat di tegaskan bahwa Nabi Muhammad saw.menerima Al qur’an melalui malaikat Jibril as. ia adalah utusan yang di percaya sebagai penyampai firman Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw.

Allah SWT. berfirman:

وإنّه لَتَنْزِيْلُ رَبِّ العالَمِينَ* نَزَلَ بِهِ رُوْحُ الأَمِيْنَ * علَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ المُنْذِرِيْنَ بِلِسانٍ عرَبِيٍّ مُبِيْنٍ .

“Dan sesungguhnya Al qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam * dia dibawa turun oleh ar-Ruh Al Amin (Jibril)* ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan, * dengan bahasa Arab yang jelas”. (QS:26;`192-195)

dan

قُلْ مَنْ كان عَدُوًا لِجِبْرِيْلَ فَإنَّهُ نَزَّلَهُ على قَلْبِكَ بِإذْنِ اللهِ مُصَدِّقًا لِما بينَ يَدَيْهِ وهُدًى وبُشْرَى للمؤمنين.

“Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al qur’an) kedalam hatimu dengan seizing Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.(QS:2;97)

Kemudian Allah SWT mensifati malaikat Jibril dengan enam sifat mulia sebagai bukti kebenaran Al qur’an sebagai firman dan perkataan Allah SWT. ia bukan bisikan setan:

Sifat Pertama: Malaikat Jibril as. adalah rasul (utusan). Dan sifat ini sebenarnya sudah cukup sebagai bukti bahwa apa yang di sampaikannya adalah perkataan dan firman yang mengutusnya, dan tugas seorang utusan hanyalah sekedar menyampaikan pesan yang mengutusnya dan semua ucapan yang di sampaikannya bukanlah ucapan dia.

Sayyid M.H. Thabataba’i berkomentar: Dan dalam menisbatan perkataan itu kepada Jibril selaku rasul (utusan) terdapat petunjuk bahwa perkataan itu adalah firman Allah SWT. sedangkan penisbatannya kepada Jibril sebagai obyek risalah (pengutusan) kepada seorang rasul.[1]

Sifat Kedua: Yang mulia di sisi Allah SWT. tidak seperti yang dituduhkan kaum kafir dan penentang Al qur’an bahwa yang datang membawa Al qur’an adalah setan, sebab setan adalah jahat, jelek, tiada kebaikan padanya, batinnya lebih jahat dari dzahirnya dan dzahirnya lebih seram dari batinnya. Raingkasnya setan adalah makhluk yang jauh dari kemulian dan karamah. Sementara utusan yang membawa Al qur’an kepada Nabi Muhammad saw. indah, tampan penampilannya, banyak kebaikannya santun, dan setiap kebaikan di muka bumi berupa petunjuk, ilmu pengetahuan dan keimanan serta kebajikan adalah anugrah yang Allah SWT. di curahkan melaluinya, jadi ia adalah puncak kebaikan.

Sifat Ketiga:  Yang mempunyai kekuatan ia memiliki kemampuan yang luar biasa. Sifat itu juga penah di sebut dalam surah an-Najm:

عَلَّمَهُ شَدِيْدُ القُوَى

“Yang di ajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”.(QS:53;5)

Dan pada sifat ini terdapat beberapa petunjuk:

Pertama, dengan kekuatannya itu Jibril dapat menjaga wahyu dari gangguan setan dan dapat mendekatinya sekalipun, sehingga wahyu ilahi terpelihara dari penambahan atau pengurangan serta pemalsuan setan.

Dan kesempatan lain dalam buku ini akan saya buktikan kepalsuan kisah ayat-ayat setan fersi ulama Islam.

Kedua, bahwa siapapun yang memusuhi Rasululah saw. berarti ia memusuhi Jibril yang sangat kuat, dan itu artinya ia menyengaja dirinya berhadapan dengan kehancuran.

Ketiga, Jibril dengan kekuatannya itu mampu melaksanakan semua perintah Allah dengan sempurna, tiada kelemahan padanya.

 ****

Sifat Keempat: yang mepunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy dan ini adalah petunjuk kuat akan ketinggian derajat dan kedudukan Jibril.

Sifat Kelima: yang di ta’ati di sana (di alam malaikat), ia memiliki bala tentara dan para pembantu dari kalangan malaikat yang selalu siap dan ta’at menjalankan perintah-perintahnya, bahkan secara umum semua malaikat itu di bawah perintah dan komando Jibril. Pada do’a ketiga dalam ash-Shahifah as-Sajjadiyah, Imam Ali Zainal Abidin ibn Husain as. berdo’a:

وَ جِبْرِيْلُ الأَمِيْنُ علَى وَحْيِكَ المُطاعُ فِيْ أَهْلِ سَماواتِكَ المَكِيْنُ لَدَيْكَ المُقَرَّبُ عِنْدَكَ

“Ya Allah sampaikan rahmat-Mu kepada Jibril yang di percaya atas wahyu-Mu, yang di ta’ati di kalangan penghuni langit-Mu, yang mempunyai kedudukan di sisi-Mu dan yang di dekatkan kepada-Mu”.[2]

Sifat Keenam: lagi dipercaya dalam menyampaikan wahyu dan pesan Allah SWT. dan ini adalah bukti penegasan kema’shuman dan keterjagaan Jibril dari melakukan pengkhianatan terhadap apa yang di amanatkan kepadanya.

Kemudian Allah SWT. bersumpah bahwa (Nabi) Muhammad saw. telah benar-benar menyaksikan malaikat Jibril as. ketika ia (Jibril) berada di ufuk yang terang yaitu ufuk yang tinggi dari semua ufuk, sesuai dengan alam malaikat “Dan sesungguhnya dia (Muhammad itu) melihatnya( Jibril) di ufuk yang terang”.

Dan setelah menyebut sifat-sifat Jibril Allah SWT. menegaskan kepalsuan tuduhan kaum kafir bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang gila dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang gila. Tuduhan itu benar-benar palsu, Rasulullah saw. telah hidup puluhan tahun di tengah-tengah mereka, sehingga mereka mengenalnya dengan baik, beliau adalah seorang yang terpercaya sampai-sampai mereka memberinya gelar Al Amiin. Oleh karenanya, di sini dipilihkan redaksi temanmu yang menunjukkan betepa dekat mereka dengan kehidupan Nabi saw. Jadi apa yang di lontarkan kaum kafir-dengan tanpa rasa tanggung jawab- adalah kepalsuan belaka, kebohongan yang di sengaja dan bukan akibat ketidak tahuan.

Kemudian pada ayat 25 kembali Allah SWT. menegaskan bahwa Al qur’an bukan perkataan setan yang terkutuk.

وَ ما هُو بِقَوْلِ شَيْطانٍ رَجِيْمٍ

“Dan Al qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk”.

Allah SWT. menepis penyandaran Al qur’an kepada hasil bisikan setan, baik dengan sebab kegilaan atau selainnya, sebab kata syaithaan berarti yang jahat, dan syaithaan rajiim dalam penggunaan Al qur’an di pakai untuk menunjuk Iblis dan bala tentaranya serta jin-jin jahat. Jadi Al qur’an bukanlah sekali-sekali bisikan Iblis dan bala tentaranya dan bukan juga bisikan jin-jin jahat.

فَأَيْنَ تَذْهَبُون؟

Lalu ke manakah kamu akan pergi?

hai kaum yang mengingkari kebenaran Al qur’an. Dan bagaimana kamu membolehkan diri kamu menuduh Al qur’an dengan tuduhan palsu itu? Dan ini adalah sebuah teguran keras.

Bukankah -seperti di terangakan Allah SWT. dalam tujuh ayat sebelumnya, dengan redaksi ringkas dan padat- bahwa:

  • Al qur’an adalah firman.
  • Al qur’an turun dengan perantara Jibril rasul (utusan) dari kalangan malaikat.
  • Yang membacakan Al qur’an adalah teman mereka yang telah mereka kenal dengan baik, ia bukan seoarang yang gila.
  • Al qur’an bukan bisikan Iblis dan bala tentaranya atau jin-jin jahat.

Dan konsekuensi dari hal itu adalah bahwa Al qur’an adalah kitab petunjuk, dengannya seorang yang menginginkan istiqamah dalam menjalankan haq akan medapat petunjuk

إنْ هُو إِلاَّ ذِكْرٌ للعالَمين.

“Al qur’an tiu tiada lain hanyalah peringatan bagi alam semesta”.

Dan bukan untuk kelompok tertentu. Al qur’an adalah hidangan Allah untuk semua manusia, hanya saja yang akan menganbil manfa’at dan terwarnai oleh petunjuk Al qur’an hanya orang mau menempuh jalan istiqamah dalam menjalankan kebenaran yaitu konsisiten dalam menghabakan diri dan ta’at kepada Allah SWT.

لِمَنْ شاء مِنْكُم أنْ يَسْتَقِيْمَ

“(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”.

Dan ini tidak berarti bahwa manusia dapat mengalahkan kehendak Allah SWT., oleh karenanya anggapan seperti itu yang mungkin terlintas pada sebagian pikiran di tolak dengan penutup surah ini:

وَ ما تَشاؤُوْنَ إلاَّ أنْ يشَاءَ اللهُ رَبُّ العالَمينَ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila di kehendaki Allah, Tuhan semesta alam”.

 

Al qur’an adalah Perkataan Nabi Muhammad saw.

Allah SWT. bersumpah sebagai penguat pembuktian akan kebenaran Al qur’an dengan semua yang dapat di lihat dan yang tidak mampu dilihat.

Allah SWT. berfirman:

فَلاَ أُقْسِمُ بِما تبْصِرُوْنَ * وما لا  تبْصِرُوْنَ

“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat* dan dengan apa yang tidak kamu lihat”.(QS:69;38-39)

Dan ini adalah sumpah dengan sesuatu yang paling umum yang pernah disebut dalam Al qur’an, Allah bersumpah dengan seluruh makhluk ciptaan-Nya; dengan yang ghaib dan dengan yang syahadah (terlihat).

Dan rahasia di balik sumpah dengannya untuk membuktikan kebenaran Al qur’an ialah di karenakan keserasian aturan yang berlaku pada alam ciptaan meniscayakan keesaan Allah SWT., dan semua akan berkesudahan pada-Nya. Dan konsekuensi dari hal itu ialah diutusnya para rasul dan di turunkannya kitab-kirab suci, dan Al qur’an adalah sebaik-baik kitab suci yang memberi petunjuk kepada kebenaran dalam segala urusan, ia membimbing kepada jalan yang lurus.

إنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كريمٍ

“Sesungguhnya dia (Al qur’an itu) adalah benar-benar perkataan rasul yang mulia”.

Yang dimaksud dengan rasul yang mulia di sini adalah Rasulullah Muhammad saw. dan disebutnya beliau dengan gelar kerasulan adalah bukti kuat bahwa perkataan yang beliau sampaikan adalah wahyu Allah. Selaku rasul utusan Allah beliau hanya menyampaikan. Ayat ini sebagai pembuktian kerasulan beliau dan membantah tuduhan yang di lontarkan kaum kafir bahwa beliua adalah penyair dan Al qur’an adalah hasil syair itu dan beliau adalah dukun dan Al qur’an adalah  yang beliau terima dari jin.

Dan setelah itu pada ayat 43-51 diterangkan bahwa Al qur’an adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam dan ia adalah pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Dan kelak mereka yang mengingkarinya akan merasakan kerugian dan penyesalan yang mendalam dan berkepanjangan.

____________

[1] Mizân :20/240.

[2] Do’a ketiga tentang memohon rahmat dan shalawat untuk pengemban Arsy dan semua malaikat yang di dekatkan.

Pos ini dipublikasikan di Enklopedia Nama-nama Al QUr'an, Kajian Qur'ani, Kuliah Ulumul Qur'an, Renungan Al Qur'an. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar